Perkembangan Kapitalisme dan Nepotisme semakin meresahkan para pengangguran di Indonesia, kususnya saya!! Kenapa dengan saya? Selain saya berasal dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, relasi kurang dan nilai kelulusan yang rendah, saya juga tidak mempunyai keahlian(soft skill). Bahkan sampai saat ini saya masih menyandang sebagai tokoh PENGANGGURAN. Miris memang!!!
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Rabu, 18 November 2015
Budaya Kapitalisme dan Nepotisme
Perkembangan Kapitalisme dan Nepotisme semakin meresahkan para pengangguran di Indonesia, kususnya saya!! Kenapa dengan saya? Selain saya berasal dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, relasi kurang dan nilai kelulusan yang rendah, saya juga tidak mempunyai keahlian(soft skill). Bahkan sampai saat ini saya masih menyandang sebagai tokoh PENGANGGURAN. Miris memang!!!
SiAdul merupakan teman SMA saya, setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya, (Karena dia berasal dari keluarga borjuis) dia membuka sebuah usaha properti hingga kini penghasilannya cukup drastis. Reza adalah teman sekampus dengan saya, (Karena pamannya seorang pejabat birokrat), sekarang dia sudah menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi di daerahnya. Cukup dengan dua peristiwa kecil itu, mengindikasikan bahwa Kapitalisme dan Nepotisme adalah dua konsep yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kata
seorang pejabat modern,"Kapitalis membuat Negara semakin maju, dan
menjadikan rakyat lebih kreatif dan produktif dalam berusaha dan
mengejar cita-cita" (tentunya agar rakyat tidak manja).
Berbicara
soal konsep yang satu ini, saya kira nongkrong sampai sepuluh warung
kopi tiap harinya, tetap saja sekedar bahan obrolan semata. Karena,
virus praktik Nepotisme di Indonesia sudah sampai ke tingkat kelurahan,
dan berjalan tanpa kritikan. Sejauh ini, pemerintah juga tidak ada
membuat sebuah langkah serius untuk menghapus praktik ini, ironinya,
pemerintah sendiri yang rajin membudayakannya.
Kamis, 26 Februari 2015
Prosesi Wisuda
Horeeeee.. Terlihat semuanya bahagia, raut wajah yang dulunya mirip kain lap, kena make up manislah sudah, beban yang selama di bangku kuliah sirna sudah ketika memakai baju toga ala Romawi, yang konsepnya pun tidak mengandung Islami.
Entah apa yang sebetulnya yang dibahagiakan. Orangtua, kerabat, sanak saudara, tak ketinggalan ikut terharu bangga lantaran salah satu anggota keluarganya mampu menyelesaikan studi. Mereka berfoto-riya bersama dengan mengabadikan senyuman keikhlasan.
Setelah puas berfoya-foto, maka prosedur selanjutnya adalah memilih foto yang bagus, gila dan anti mainstream untuk kemudian dimasukkan kekandang yang bernama Facebook. Barangkali ritual mengupload foto ke Facebook adalah rangkaian prosesi wisuda yang wajib dipenuhi sebagai saksi bisu untuk menegaskan eksistensi bahwa “SAYA TELAH JADI SARJANA” .
Padahal, w
Akan tetapi meskipun begitu, tetap saja minat untuk wisuda dan menyandang gelar sarjana tetap menjadi idaman kaula mahasiswa. Termasuk saya...