Pemuda perkasa itu bernama Ali bin Abi Thalib, ia pemberani, tangguh, bahkan dia dikenal sebagai (pembanting). Namun apa yang terjadi ketika cintanya berbicara pada Siti Fatimah binti Muhammad? "Cinta tidak harus memiliki" Ya, kira-kira begitulah yang timbul dibenaknya. Keberaniannya dalam mengekspresikan cinta ke Fatimah lebih berat daripada menghadapi musuh seribu orang, ia lemah tak berdaya.
Hingga suatu saat keberaniannya memuncak, jiwa yang rapuh tersontak mengeluarkan energinya, dan cinta-pun tersampaikan.Fakta bahagia yang membuat pemuda miskin ini bukan ketika gadis terhormat itu menerima uluran cintanya, tapi ketika rasa yang sudah menguning itu dapat di ekspresikan dengan sempurna. "Sungguh ini sebuah keberanian yang hakiki bagi saya" Kata Sayyidina Ali.
Selalu begitu, cinta membutuhkan kata, tidak seperti rasa-rasa yang lain, cinta lebih membutuhkan kata daripada maknanya, keberanian mengungkapkan cinta adalah ekspresi paling pesona, itu sebabnya ada surat cinta, ada puisi cinta, ada lagu tentang cinta, dan cinta jua yang melahirkan penyair-penyair penuh sastra.
Bagi jiwa yang tidak punya mentalitas untuk mengekspresikan cinta, maka mereka akan bersemayam pada nestapa, atau pada bait doa, hingga semua diserahkan kepada sang sutradara jagad raya.
Memang begitu, cinta di takdir dengan kata tanpa benda, ringan, namun cukup berat untuk mengekpresikannya. Apalagi ketika cinta bertunas pada jiwa-jiwa yang lembut, jiwa-jiwa yang lemah, jiwa-jiwa yang memilih bercerita pada kebatinan daripada harus mengungkapkan. Seperti pada jiwa wanita.. Kelembutan cinta pada jiwa wanita tanpa ada keberanian untuk mengungkapkan. banyak dari mereka yang tidak mampu mengekspresikan cinta hingga cinta membunuh mereka sendiri, seperti Maria "dalam Ayat-Ayat Cinta", seperti cinta Nayla pada Ramadhan, yang menyimpan fakta cintanya di kamar peraduan, tiap malam Nayla hanya meratap dengan kenangan, penuh kesedihan, dia hanya berharap cintanya akan tersampai oleh cahaya dewi malam.
Seperti kata peribahasa melayu "Mustahil perigi mencari timba" kata keramat yang diagungkan oleh para wanita, hingga menjadikan kata itu sebagai perisai "harga diri", dan melahirkan slogan "tidak mungkin wanita yang mengungkapkan lebih dulu".
Namun ternyata mereka lupa bercermin pada keagungan Siti Khadijah, wanita janda ini memberanikan diri untuk mengungkapkan cintanya kepada pemuda terhormat Muhammad bin Abdullah, ia tak peduli konsekuensi yang akan dihadapinya.karena cinta adalah kata, dan setiap kata cinta harus tersampaikan tanpa perlu menguraikan makna yang mendalam.
Maka sampaikanlah walau hanya dengan kata: "I love You", itu saja!!
Intermezzo..Wahai para Ladies.. Adakah yang ingin seperti khadijah? Yang lebih dulu mengungkapkan cintanya kepada Muhammad?