This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 15 Juni 2016

Legenda Malam




Sebelum dijemput mimpi, aku berjaga di sebuah malam di tengah deru keheningan, di mana semua suara bisa tiba-tiba hilang dan tidak terdengar. Raja siang telah pergi ke peraduannya, hanya bulan, bintang, yang mampu menggantikan pesona cakrawala di pagi dan sore hari. Seketika segumpalan awan redup datang bak diundang, menutupi cahaya yang keluar dari angkasa. Aku bertanya.. masih indahkah sebuah malam tanpa bintang? Atau masih pantaskah disebut malam tanpa bulan?
Gelap.. Ya, malam selalu disandingkan bersama gelap, ketika sebuah cahaya hadir, hilang arti bagi gelap. Atau barangkali justeru malam yang menginginkan gelap, agar ketertarikan mata tidak mampu mendefinisikan. Lantas, apa yang dicari seekor kunang-kunang dengan membawa sekedip cahaya? Apakah ada sesuatu yang bisa memberinya harapan? Atau barangkali dia hanya ingin jadi penerang dalam kegelapan? Sunyi.. Ya, kekuatan cahaya angkasa tidak mampu jadi energi bagi sebuah sunyi. Terdiam, tersipu, tanpa aksi dan reaksi, kata-kata yang terangkai tidak mampu menjadi nada. Lalu, apa yang dilakukan ombak kepada karang? ia terus bergerak, berteriak dengan suara yang lantang memancarkan keributan, tak peduli pekatnya malam. Barangkali ombaklah yang patut menyemat penghormatan "Pejuang Tanpa Batasan" Sepi.. Ya, jiwa-jiwa yang tak mampu menghadapi malam terbawa larut bersama lelap. Tubuh-tubuh yang bernyawa senyap dalam sayup-sayup kelelahan. Tak peduli seberapa agungnya para penjaga malam, tak peduli seberapa syahdunya kaum insomnia bercengkrama menikmati malam. Hanya suara jangkrik yang menggantikan musik panggung di siang hari, mereka mengeluarkan suara dengan nada-nada yang sama, mereka tetap bernyanyi walau yang lain terbawa dalam mimpi. Sendiri.. Ya, sebuah jiwa yang terpaku dalam ingatan, mencoba menari di bawah redup dewi malam, namun angin menertawainya, ia mencoba berteriak tapi gonggongan anjing mengalahkan gemanya. Akan tetapi, apa yang dilakukan para kupu-kupu malam yang berjalan di pinggir malam? Apakah mereka mampu menciptakan ruang sendiri dalam puisi? Itulah malam.. Sulit untuk mencerna cinta angin kepada dingin, tanpa kata, hanya menggigil terasa. Itulah malam.. Sulit menafsirkan kedekatan sunyi pada sepi, atau sejauh mimpi pada kenyataan. 

Namun sesungguhnya malam tak pernah salah, ia punya arti di balik sepi, ia tetap bercahaya di balik redupnya angkasa, dan ia punya bait puisi untuk mengalahkan sebuah sunyi.