Kamis, 04 Agustus 2016

Pesona Cinta Seorang Ayah






Di pagi yang buta mereka mulai meraba-raba, tak peduli jika hujan membasahi, tak dihiraukan bila ditepis terik matahari, akan tetapi, perjuangan mereka dalam mencari rezeki tergambar dalam sesuap nasi, bukan untuknya, dia hanya menghalalkan sisa untuk anak-anaknya.

Kenyamanan.. Itu rahasia jiwa yang diciptakan cinta, maka mereka mampu bertahan memikul beban hidup, melintasi aral kehidupan, melampaui gelombang peristiwa, sambil tetap merasa bahagia ketika menggendong anaknya. Cinta yang terkembang jadi kata, tapi tak pernah disampaikan kepada sang buah hati, sederhana, apa adanya, namun cukup dalam. Lima abad lamanya Nabi Nuh As menyiarkan Islam penuh luka dan lara, ketika seorang putranya yang bernama Kan'an tidak mau mengikuti ajaran yang dibawanya. Nabi Nuh merasa sedih, namun beliau tetap berusaha dan berdoa kepada Allah agar anaknya tidak diberi dosa, beliau tetap memohon ampun agar anaknya menjadi penghuni surga, meski beliau tahu bahwa putranya itu tewas dalam azab dari Allah SWT. Begitulah kira-kira takdir cinta seorang Ayah, sebuah cinta yang diuraikan dalam doa, sebuah kasih sayang yang diwakili dengan tindakan, sebuah pengorbanan yang menggambarkan kesetiaan dan kesabaran. Muncul sebuah pertanyaan bagaimana perasaan Nabi Isa ketika beliau lahir tanpa Ayah? "Jika cinta dapat ditafsirkan dari sentuhan Ibu, maka cinta tak mampu mengartikan pengorbanan seorang Ayah". Begitulah cinta seorang Ayah, mereka adalah pemikul beban bagi masa depan anak-anaknya. Energi cinta memicu mereka untuk begerak meski uban bertambah banyak. Mimpi yang besar untuk anak-anaknya mengatur gagasan mereka dalam setiap perjuangan yang ditempuh, itu sebabnya mereka kuat. Kebajikannya tidak bisa digambarkan oleh tokoh-tokoh Protagonis dalam panggung teater. Kebijaksanaannya melebihi sosok Utsman Bin Affan yang terkenal adil pada rakyatnya. Keagungannya mengalahkan keperkasaan "The King Of Hercules" dalam legenda Yunani Kuno. Perjuangannya tidak sebanding dengan perjuangan pahlawan-pahlawan Revolusi di setiap negeri. Ayah.. Sesungguhnya engkau bukan puisi atau narasi, pengorbananmu tidak akan bisa terlukiskan dengan kata-kata, akan tetapi engkau mampu mengalahkan sunyi dalam puisi. Ebit G Ade mengungkapkannya dengan manis dalam TITIP RINDU BUAT AYAH: "Ayah.. dalam hening sepi kurindu.. Untuk menuai padi milik kita.. Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan.. Anakmu sekarang banyak menanggung beban..".
Terimakasih Ayah.. Dalam sajak doaku, kurebahkan semua rindu, kupasrahkan pada-Mu, ya Allah.. Tempatkanlah dia disisi-Mu.. Aamiin.. Aamiin.. Ya rabbal'alamiin.



0 komentar:

Posting Komentar