Minggu, 26 Maret 2017
Restuilah Dua Cinta
Kalimat apa yang pantas kita sebutkan untuk dua manusia yang sedang tertancap busur cinta? Adakah momentum perasaan yang lebih dahsyat bahagianya ketika orang mengalami jatuh cinta?
Oh tidak.. Sungguh sulit mencari dan menafsirkan adrenalin yang dirasakan dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Sebab, tidak ada yang lebih indah dalam sejarah perasaan manusia seperti saat ketika cinta mempersatukannya. Sebab, ketika cinta tumbuh pada kedua jiwa manusia maka akan tampak menyatu bagaikan matahari dengan sinarnya, atau bagaikan pelangi dengan warnanya. Mungkin memang terlalu sederhana cara menyebut kata "cinta" itu, namun gelombang yang dihasilkan cinta sungguh begitu dahsyat: Tidak bisa tidur karena rindu, tidak bisa makan karena hasrat, tidak bisa bernalar karena tekad, yang ada hanya cita, yang ada hanya keinginan, yang ada hanya puisi yang melantunkan wajah sang kekasih: "Kaulah bulan, kaulah bintang, kaulah cahayaku, kaulah matahariku, kaulah nafasku, dan sebagainya.."
Berlebihan memang, tapi begitulah cinta itu ditakdirkan, ia adalah kata yang membunuh logika, namun ia akan sempurna ketika disatukan.
Lalu Kenapa ada cinta jiwa pada dua manusia yang tidak membawa ke pelaminan? Alasan apa dua cinta jiwa tidak direstukan? Ingatkah kita akan penderitaan yang dialami Laila dan Qais? Puaskah kita menyaksikan kisah Romeo dan Juliet yang berujung tragis? Semua itu karena cinta.
Begitu banyak peristiwa-peristiwa miris yang dilahirkan oleh cinta, namun sebagian kita lupa mengambil pelajaran dari fakta-fakta peristiwa tersebut.
Pemuda yang diterima Rasulullah saw untuk Siti Fatimah itu adalah Ali bin Abi Thalib. Namanya memang begitu populis di kala itu, namun ia adalah pemuda miskin. Yang menarik, kenapa Rasulullah lebih menerima Ali untuk Fatimah sedangkan sahabat-sahabat lain jauh lebih gagah dan penuh pesona di banding Ali? Cinta yang tumbuh pada jiwa Ali adalah cinta jiwa yang benar-benar suci, dan begitu juga yang dialami Siti Fatimah, keduanya memiliki cinta yang bisa meluluhlantakkan keangkuhan dunia. Dan Rasulullah tahu apa yang dirasakan keduanya, itu sebabnya beliau (Rasulullah) menyatukan cinta mereka.
Islam memang begitu, islam merupakan agama kemanusiaan, nilai-nilai cinta pada manusia selalu ramah dalam islam. Karena itu Rasulullah saw lantas bersabda: “Tidak ada yang lebih baik bagi mereka yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan”.
Maka dengan demikian, hargailah para pencinta, sebab itu merupakan perasaan yang luhur, dan karena itu perasaan yang luhur, islam selalu menghargai dan memahaminya. Maka apa yang membuat sebagian orang tua tidak merestui cinta? Sebab budaya? Suku? Ras? Pangkat? Jabatan? Kekayaan? Jika semua itu tidak terbentur dengan ajaran islam, maka kasihanilah para pencinta, izinkan kedua sayap cinta itu terbang menggapai singgasananya. Sebab di balik semua itu ada sebuah mutiara kebahagiaan yang tidak cukup didefinisikan oleh para penyair-penyair yang melegenda. Dan sebab itu pula Kahlil Gibran hanya bisa berkata:
"Cinta adalah sebuah kegilaan, sementara yang dapat menyembuhkan hanya dengan pernikahan".
0 komentar:
Posting Komentar