Perang bisa punya banyak makna kepentingan, dan kebanyakan dari pemaknaan kepentingan tersebut bertalian dengan bisnis. Salah satunya jika tidak ada perang, maka industri senjata bisa gulung tikar. Itu sebabnya perang terus "diciptakan". Meski terapan edukasi sosial semakin tinggi, wajah manusia telah berubah, namun perang tetap menjadi sebuah gagasan politis.
Dalam historisnya, perang yang paling spektakuler ditulis sebagai "perang dunia ke-1 dan perang dunia ke-2". Dan tidak menutup kemungkinan perang dunia ke-3 juga akan mewarnai catatan sejarah baru. Kapan, di mana, dan negara-negara apa saja yang terlibat dalam perang dunia ke-3? kita belum tahu, namun yang pasti beberapa indikasinya telah diperkirakan gelombang perang dunia ke-3 akan terjadi pada fase ini.
Baru-baru ini, mantan pimpinan Uni Soviet menulis di salah satu akun media sosialnya, dunia sedang mempersiapkan "perang besar" dan tentu pernyataan yang ditulisnya berdasarkan pengamatan dari berbagai situasi dinamika geopolitik yang terjadi.
Tidak hanya itu, banyak dari pengamat dan tokoh-tokoh lain pun kerap mengeluarkan prediksi yang sama. Artinya dunia betul-betul sedang mengalami transisi gesekan politik yang semakin krusial, sebagaimana pemicu perang dunia ke-1 dan ke-2 terjadi.
Menurut yang kita saksikan secara umum pada 2016-2017, memang benar adalah tahun yang marak kemarahan, ramalan China menyebutnya tahun Api, tahun yang panas dengan sejumlah kebijakan-kebijakan dunia yang cenderung agresif. Persaingan yang semakin intens, mulai dari persaingan ekonomi, kekuatan militer, hingga persaingan produksi senjata dan nuklir, yang mengakibatkan sensitivitas antar-negara.
Belakangan, angkatan perang, tank, dan kendaraan lapis baja lainnya mengangkut lebih banyak personil ke Eropa. Pasukan Rusia dan NATO menggunakan senjata dan ditempatkan lebih dekat satu sama lain, seolah untuk menembak titik pusat perang dunia ke-3 terjadi. Negara saling mengancam, politisi dan petinggi-petinggi militer juga terdengar lebih agresif dan mempertahankan doktrin lebih berbahaya. Komentator dan tokoh-tokoh media bergabung dalam paduan suara permusuhan. Semuanya tampak seolah-olah memang dunia sedang mempersiapkan "perang besar"
Sementara, kesenjangan sosial semakin tumbuh di berbagai belahan dunia; tragedi kemanusiaan di Suriah, serangan Aleppo, pembersihan etnis Rohingnya, dan banyak tempat lainnya, yang seharusnya anggaran-anggaran negara lebih banyak berjuang membiayai esensial sosial masyarakat. Miris!!! belanja militer tumbuh, uang dengan mudah menemukan senjata canggih dengan kekuatan nuklir senjata pemusnah massal, dan kapal selam salvo tunggal mampu menghancurkan setengah benua karena sistem pertahanan rudal yang melemahkan stabilitas strategis.
Dunia betul-betul kacau. Perkiraan mulai 2015, adalah titik mula kita menyaksikan persiapan agenda perang di berbagai belahan dunia. Dan sepertinya tahun ini menentukan "siapa lawan? siapa kawan?" Namun semua itu terlalu dini kita menebak teka-teki tersebut.
Menjelang Pemilu Amerika Serikat dan Pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke 45, wajah dunia bermake-up kekacauan. Bursa ekonomi turun drastis, terutama karena tarik menarik harga minyak dunia, yang membuat ekonomi global stagnan. Begitu juga konflik horizontal/vertikal yang mewarnai di beberapa negara. Di Asia misalnya, seperti halnya kita saksikan di tanah air, kegaduhan soal penista agama hingga melahirkan peristiwa aksi 411, 212 dan 112, dan sempat mengundang beragam reaksi media-media asing. Begitu juga dengan negara-negara di Asia lainnya, impeachment presiden Korea Selatan Park Geun-hye, demo besar di Malaysia yang dipimpin langsung oleh mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Lain halnya dengan Phillipina, yang kerap terdengar kontroversial dengan berbagai kebijakan presiden Duterte, Kim Jong Un dan Korut nya sibuk uji coba senjata nuklir hingga mengusik negara-negara elit lainnya. Imperialis China terhadap negara-negara lain juga menjadi ancaman pemicu konflik besar.
Di wilayah kutup lain, kita bisa menyaksikan negara-negara populis bersekutu membombardir wilayah kekuasaan ISIS. Siapa yang menyangka perang dingin antara blok barat versus blok timur terhenti ketika Donald Trump dengan (AS) nya bersekutu dengan Putin (Rusia)? Ketika lawan jadi kawan (koalisi Kapitalis-Komunis). Erdogan (Turki) yang kita kenal dingin dan santun juga bersikap sama seperti Amerika dan Rusia. Semua itu dengan dalih memerangi terorisme. Karena propaganda ISIS yang terlihat semakin agresif, dengan berbagai acak modus hingga menewaskan sekaliber dubes.
Terlepas dari segi kepentingan ekonomi, sepertinya Islam yang dilabeli sebagai teroris juga sebuah alasan untuk menekan tombol nuklir nantinya. Ini bisa kita lihat dari statement yang diutarakan presiden Donald Trump yang berencana menghabisi ISIS sampai ke akar. Belakangan muncul kebijakannya yang dianggap rasis, yang berbunyi melarang imigran dari tujuh negara muslim terbesar di dunia untuk memasuki Negeri Paman Sam tersebut. Artinya konflik dunia bisa juga dilandasi propaganda SARA via terorisme.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Sepertinya tidak perlu kita paparkan dalam tulisan ini, karena sang Panglima TNI bapak Jenderal Gatot sudah menceritakan dengan konsep yang lebih objektif dalam program ILC di TV One pada tahun lalu. Mari kita simak kembali...
https://www.youtube.com/watch?v=pPiS2K_vXnc
Kita (Indonesia) sebagai negara yang besar berharap semoga semua kegaduhan yang sedang menguji keutuhan Bhineka Tunggal Ika segera menemukan titik kondusifnya. Mari kita jaga bersama kasatuan NKRI agar mampu menghadapi prahara globalisasi.
Kitab Wahyu memperingatkan: "Dan seekor kuda lain muncul, berwarna merah menyala; dan pribadi yang duduk di atasnya diperkenankan mengambil perdamaian dari bumi sehingga mereka saling membunuh; dan sebilah pedang besar diberikan kepadanya." (6:4)
BalasHapusYesus memperingatkan: "Terrors [φοβητρα – hal-hal yang menakutkan] both [τε – baik] and [και – dan] unusual phenomena [σημεια – fenomena yang tidak biasa] from [απ – dari] heaven [ουρανου – langit] powerful [μεγαλα – kuat] will be [εσται – akan ada]." (Luke 21:11) Beberapa manuskrip kuno berisi kata-kata "dan embun beku" [και χειμωνες], dan dalam Markus 13:8 "dan kekacauan" [και ταραχαι]. Di mana-mana akan terjadi guncangan signifikan yang hebat, dan kekurangan makanan, dan wabah penyakit. Kami memiliki gambaran lengkap tentang konsekuensi perang nuklir global.
Hal ini akan menyebabkan perubahan iklim global dan kelaparan global (lih. Wahyu 6:5,6).
"Semua hal ini adalah awal dari penderitaan sakit melahirkan" (Matius 24:8).