Jumat, 02 Desember 2016
Gelar Haji/Hajjah.. Sensasikah?
Indonesia adalah Negara yang terkenal menjunjung tinggi nilai-nilai "sensasi, narsisme, pencitraan, dan tradisi kebiasaan ikut-ikutan". Diketahui dari cara menggunakan tekhnologi, internet, fashion, dan lain-lain. Bahkan tidak sedikit bisa tampil fenomenal di televisi maupun di kalangan masyarakat. Suatu tindakan kerap dilakukan tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Termasuk dalam cara menggunakan gelar untuk sebuah nama.
Terlepas pada tingkatan pendidikan seseorang, kebiasaan itu bukan hanya di kalangan remaja saja, bahkan orang-orang dewasa juga terhipnotis dalam kebiasaan ini. Ada yang suka berlomba mengoleksi barang-barang mewah tanpa memikirkan manfaatnya, padahal jika kita mau berpikir secara objektif, tujuannya hanya untuk menunjukkan sebuah sensasi atau sikap arogansi.
Sejarah dan Perkembangannya:
Dalam versi Wikipedia, gelar H/HJ disematkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengidentifikasi para jemaah haji Indonesia yang mencoba memberontak sepulangnya dari Tanah Suci. Mereka dicurigai sebagai anti kolonialisme, dengan cara berpakaian ala masyarakat Arab yang disebut oleh VOC sebagai “kostum Muhammad dan sorban”.
Sejauh ini, terlepas pada niat seseorang, perbedaan orang yang sudah berhaji dengan yang belum berhaji, menjadi tolok ukur tertentu dalam konteks kehidupan sosial masyarakat, mulai dari cara berpakaian, atau dengan cara sosial lainnya.
Contoh kecilnya:
1. orang yang sudah berhaji kemana-mana harus memakai peci berwarna putih, ini dijadikan sebagai identitas perbedaan antara yang sudah berhaji dan belum berhaji;
2. Di kampung-kampung, banyak dari kalangan para haji. membentuk organisasi keagamaan (kusus yang sudah berhaji) dalam rangka melakukan majlis, zikir, dan aktivitas ibadah lainnya;
3. Orang yang sudah berhaji, sering dipanggil dengan sebutan nama "Pak Haji/Bu Hajjah", misalnya Fulan, dipanggil dengan Haji Fulan.
Hakikat dan Problemnya:
Ibadah Haji adalah sebuah ibadah dalam rukun Islam yang ke-lima, dalam hal ini, tentu punya syarat-syarat khusus agar bisa melaksanakannya. Problemnya adalah di mana letak hakikatnya ketika hanya ibadah haji yang memakai gelar, sementara ibadah-ibadah yang lain kok tidak disematkan gelar?
Gelar Haji/Hajjah merupakan gelar yang disematkan kepada orang-orang yang sudah melaksanakan rukun haji dengan sempurna atau Haji Mabrur. Pertanyaannya adalah apa manfaat pasca melaksanakan sebuah ibadah itu harus memakai gelar?
Padahal gelar tersebut tidak ada dalam hadist atau ayat Al-Quran yang menyebutnya. Bahkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya tidak pernah memakai gelar tersebut.
Sejak awal Nabi Muhammad SAW menolak pemberian gelar-gelar apapun, karena gelar hanya menciptakan perbedaan kelas dan pengkultusan individu, feodalisme dan narsistis. Diakui atau tidak, disadari atau tidak, orang yang memakai gelar H atau Hj merasa dirinya “lebih suci” dibandingkan orang yang belum naik haji. Sesungguhnya ini merupakan “kesombongan” bagi mereka.
Yang lebih ironinya, hanya umat Islam di Indonesia dan Malaysia yang memakai gelar H/HJ, sementara umat Islam di negara-negara lain tidak ada yang menggunakan gelar tersebut. Inilah sebuah tradisi kebiasaan turun-temurun yang sulit dihilangkan, tak peduli pada tingkatan ilmu seseorang, bahkan dalam kalangan profesor-pun masih banyak yang menggunakan gelar H/HJ. Terlalu riya rasanya jika kita memamerkan sebuah gelar, seolah ingin menunjukkan sebuah eksistensi bahwa "SAYA SUDAH NAIK HAJI".
Kesimpulan:
Jangan anda samakan gelar haji dengan gelar pendidikan atau gelar-gelar ilmiah lainnya, itu analogi yang salah, karena berhaji itu adalah ibadah, dan esensi ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karenanya, kita wajib bersyukur kepada Allah SWT dan merendah diri kepada-Nya. Tidak layak hamba bersandar kepada amalnya. Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah SWT.
Berhaji bukan ajang mencari gelar, ibadah bukan aktivitas pencitraan, justeru ibadah haji adalah aktivitas ke ikhlasan, ikhlas karena Allah, ikhlas tanpa harus diketahui orang, ikhlas tanpa harus membanggakan diri dengan gelar.
Jadi, mari sama-sama kita berlomba dalam kebaikan tanpa melakukan pencitraan. Kejarlah prestasi tanpa harus mencari sensasi, kembangkan kreatifitas meski tidak diprioritas, kenalkan diri kita dengan hasil karya yang nyata.
Terimakasih.........
0 komentar:
Posting Komentar